Human
capital (Modal Manusia)
(Peretemuan
Ke – 1)
A. KONSEP
Konsep human capital muncul karena
adanya pergeseran peranan sumber daya manusia. Human capital muncul dari
pemikiran bahwa manusia merupakan intangible asset yang memiliki banyak
kelebihan yaitu:
1. Kemampuan manusia apabila digunakan dan disebarkan tidak akan berkurang
melainkan bertambah baik bagi individu yang bersangkutan maupun bagi
organisasi.
2. Manusia mampu mengubah data menjadi informasi yang
bermakna
3. Manusia mampu berbagi intelegensia dengan pihak
lain.
Menurut Becker, hal-hal yang mendasari lahirnya konsep
human capital adalah:
1. Manusia berinvestasi yang hasilnya dapat memberikan keuntungan dalam
jangka waktu yang panjang
2. Pekerja memiliki satu set keahlian yang dapat diberikan/disewakan
kepada majikan
3. Menawarkan adanya akusisi.
Menurut Derek Stokey (2003) perlunya human capital
pada masa sekarang berdasarkan pada:
1. Kuatnya
tekanan persaingan keuntungan finansial dan nonfinansial
2. Pemimpin
bisnis dan politik mulai mengakui bahwa memiliki orang yang memiliki skill dan
motivasi tinggi dapat memberikan perbedaan peningkatan kinerja yang signifikan
3. Terjadi
perubahan yang cepat yang ditandai adanya proses dan teknologi yang baru tidak
akan bertahan lama apabila pesaing mampu mengadopsi teknologi yang sama. Namun
untuk mengimplementasikan perubahan, tenaga kerja yang dimiliki industri harus
memiliki skill dan kemampuan yang lebih baik.
4. Untuk tumbuh
dan beradaptasi, kepemimpinan organisasi harus mengenali nilai dan kontribusi
manusia.
Konsep utama dari human capital menurut
Becker (1993) adalah bahwa manusia bukan sekedar sumber daya namun
merupakan modal (capital) yang menghasilkan pengembalian (return) dan setiap
pengeluaran yang dilakukan dalam rangka mengembangkan kualitas dan kuantitas
modal tersebut merupakan kegiatan investasi.
Sedangkan Davenport (1999), mengulas
penerapan human capital dari sudut pandang karyawan, sehingga tercipta istilah
karyawan/investor dimana karyawan sebagai pemilik modal manusia dipandang
sebagai investor. Perubahan sudut pandang ini melibatkan perubahan pola
interaksi antara karyawan dan perusahaan, khususnya yang terkait dengan
kegiatan pengembangan manusia.
Secara garis besar dapat disimpulkan
bahwa menurut konsep Becker karyawan merupakan modal dalam kegiatan investasi
dari si pemilik modal, dalam hal ini adalah pihak managementlah sebagai si
pemilik modal. Sedangkan Davenport beranggapan bahwa karyawan adalah si pemilik
modal yang berperan sebagai investor. Dua konsep yang meletakkan peranan pemilik
modal pada subyek yang berbeda. Satu meletakan pada manusianya sedangkan yang
lain meletakkan kepada potensi yang dimiliki manusianya.
B. PENGERTIAN
Menurut pendapat para ahli,
pengertian human capital adalah sebagai berikut:
Menurut Lengnick Hall dan Cynthia A. Lengnick Hall human capital “…is the know how, skill, and capabilities of individual in organization. Human capital reflect the competencies people bring to their work (2003:3). Dengan melihat pengertian tersebut nampak bahwa human capital merupakan faktor penting dalam organisasi, karena dapat memberikan sumbangan besar bagi kemajuan dan perkembangan organisasi baik organisasi bisnis.
Menurut Becker, human capital adalah bahwa manusia bukan sekedar sumber daya namun merupakan modal (capital) yang menghasilkan pengembalian (return) dan setiap pengeluaran yang dilakukan dalam rangka mengembangkan kualitas dan kuantitas modal tersebut merupakan kegiatan investasi.
Menurut Lengnick Hall dan Cynthia A. Lengnick Hall human capital “…is the know how, skill, and capabilities of individual in organization. Human capital reflect the competencies people bring to their work (2003:3). Dengan melihat pengertian tersebut nampak bahwa human capital merupakan faktor penting dalam organisasi, karena dapat memberikan sumbangan besar bagi kemajuan dan perkembangan organisasi baik organisasi bisnis.
Menurut Becker, human capital adalah bahwa manusia bukan sekedar sumber daya namun merupakan modal (capital) yang menghasilkan pengembalian (return) dan setiap pengeluaran yang dilakukan dalam rangka mengembangkan kualitas dan kuantitas modal tersebut merupakan kegiatan investasi.
Menurut Davenport human capital sebagai seluruh usaha yang dibawa tenaga kerja untuk diinvestasikan dalam pekerjaan mereka. Termasuk juga didalamnya kemampuan, tingkah laku, semangat dan waktu.
Menurut Stewart mengatakan bahwa human capital merupakan lifeblood dalam modal intelektual, sumber dari innovation dan improvement, tetapi merupakan komponen yang sulit untuk diukur. Human capital mencerminkan kemam puan kolektif perusahaan untuk menghasilkan solusi terbaik berdasarkan pengetahuan yang dimiliki oleh orang-orang yang ada dalam perusahaan tersebut, dimana akan meningkat jika perusahaan mampu menggunakan pengetahuan yang dimiliki oleh karyawannya.
Menurut James Hatch (Enterprise Magazines, 15 Novermber 1999) mendefinisikan human capital sebagai segala sesuatu mengenai manusia (tenaga kerja), intelektual, pengetahuan, dan pengalaman mereka. Tenaga kerja adalah usaha fisik atau mental yang dikeluarkan karyawan untuk mengolah produk dan menyediakan jasa.
Lebih jauh Mark L. Lengnick Hall (2003:45-46) menjelaskannya dengan mengutip beberapa pengertian human capital sebagai berikut:
a)
Human capital is “the knowledge, skills and
capabilities of individual that have economic value to an organization” (Bohlander,
Snell & Sherman, 2001)
b)
Human capital is “ the collective value of an
organization’s know-how. Human capital refers to the value, usually not
reflected in accounting system, which results from the investment an organization
must make to recreate the knowledge in its employee” (Cortada & Woods,
1999)
c)
Human capital is “all individual capabilities, the
knowledge, skill, and experience of the company’s employee and managers”
(Edvinson & Malone, 1997).
Dari tiga pengertian di atas nampak
sekali adanya kesamaan esensi yang menunjukkan bahwa modal manusia merupakan
sesuatu yang melekat dalam diri invidivu. Hal yang menonjol dari defenisi atas
adalah dimensi ekonomi yang menjadi acuan kebermanfaatnya.
Menurut Fitzens, (2000:xii) pengertian human capital dapat dijelaskan sebagai suatu kombinasi dari faktor-faktor sebagai berikut:
1.
Sifat-sifat seseorang yang dibawanya sejak lahir ke
dalam pekerjaan, inteligensi, enerji, sikap yang secara umum positif,
reabilitas, komitmen.
2.
Kemampuan seseorang untuk belajar, bakat, imajinasi,
kreativitas, dan apa yang sering disebut sebagai street smart (akal
kecerdasan).
3.
Motivasi seseorang untuk berbagi informasi dan
pengetahuan, semangat tim dan orientasi tujuan.
Menurut Stockey (2003)bahwa human
capital merupakan konsep yang menjelaskan manusia dalam organisasi dan bisnis
merupakan asset yang penting dan beresensi yang memiliki sumbangan terhadap
pengembangan dan pertumbuhan sama seperti halnya asset fisik seperti mesin dan
modal kerja. Sikap dan skill dan kemampuan manusia memiliki kosntribusi
terhadap kinerja dan produktivitas organisasi. Pengeluaran untuk pelatihan,
pengembangan, kesehatan dan dukungan merupakan investasi dan bukan hanya biaya
tapi merupakan investasi.
Menurut Edwinson dan Malone (1997) “human
capital is the individual knowledge, experience, capability, skill, creativity,
innovations”. Knowledge meliputi pengetahuan mengenai teks akdemik diperoleh
melalui pendidikan. Skill adalah kemampuan untuk bekerja/memnuhi kemampuan
praktikal. Terdapat dua prinsip kunci dalam human capital yaitu:
1. Manusia merupakan asset yang memiliki nilai yang dapat ditingkatkan
melalui investasi, tujuan dari investasi ini adalah memaksimalkan nilai melalui
manajemen resiko. Ketika nilainya meningkat, kapasitas organisasi dan
nilai-nilanya akan meningkat dan menguntungkan stokeholder.
2. Kebijakan human capital dalam organisasi harus disesuaikan dengan
dukungan misi organisasi yaitu misi, visi, tujuan dan strategi telah
didefenisikan sebagai arahan yang telah dirancang untuk dapat diimplementasikan
dan dinilai oleh sebuah standar, bagaimana konsep human capital ini dapat
membantu organisasi mencapai misinya.
Berdasarkan diatas dapat disimpulkan
bahwasannya Human Capital atau modal manusia adalah sebuah sistem untuk
memperbaiki kinerja karyawan dan perusahaan. Pengaruh terbesarnya pada
kompetensi utama perusahaan. Teori modal manusia menganggap bahwa profit bisnis
berkembang dan berkelanjutan ketika perusahaan mampu menghasilkan barang dan
jasa yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan dengan lebih baik ketimbang yang
ditawarkan para pesaingnya. Dengan kata lain perusahaan tersebut memiliki
keunggulan kompetitif. Keunggulan yang berlangsung lama dan bersinambung selalu
berorientasi pada dinamika kebutuhan pelanggan.(Marlina, 2012)
B. PENGEMBANGAN
Pengembangan Human Capital, dapat diakukan melalui;
1. Internalisasi Corporate Culture
Pada tahap internalisasi, budaya
perlu dikelola atau di manage. Tahap ini dapat dicapai jika budaya perusahaan
dapat diukur (measurable). Internalisasi corporate culture perlu mendapatkan
perhatian serius dari berbagai pihak yang terlibat dan kompeten, bagaimana
membuat budaya perusahaan menjadi terlihat (tangible).
Dengan adanya internalisasi
coorporate culture, maka akan terlihat bahwa si A dari Bank X sedangkan B dari
Bank Y, hanya melihat dari sikap dan perilaku. Keadaan ini disebabkan secara
tidak sadar baik A dan B telah tumbuh dan memahami nilai-nilai yang berlaku di
Bank masing-masing, sehingga sikap dan perilakunya akan mengikuti pola yang ada
di perusahaan masing-masing.
2.
Memastikan pelaksanaan Good Corporate Governance
Good corporate governance merupakan
seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus
atau pengelola perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para
pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan
hak-hak dan kewajiban atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan
mengendalikan peraturan.(FCGI, 2002). Prinsip utama dalam GCG menurut Soenarto
(2003) terdiri dari :
1) Keterbukaan
2)
Integritas
3)
Akuntabilitas
3.
Mengembangkan SDM profesional sebagai human capital yang produktif dan prudent
SDM yang profesional diharapkan bisa
bekerja sangat efektif dengan bisa menentukan prioritas secara bijaksana untuk
meningktakan produktivitas organisasi.
4. Menciptakan pemimpin/leader sebagai role model
& people manager
Seorang pemimpin tidak hanya bisa
menjadi orang yang menuntut karyawannya untuk berperilaku atau bertindak sesuai
dengan tuntutan organisasi, melainkan seorang pemimpin juga sebagai role model
(model panutan). Yang dimaksud dengan model panutan adalah seorang pemimpin
yang meyakini kebenaran nilai baik yang diajarkannya sehingga mampu
menerapkannya dalam perilaku sehari-hari. Tidak ada kekuatan yang besar dari
pemimpin tanpa menjadikan dirinya contoh atau panutan.
Pengembangan human capital tidak
hanya menciptakan seorang kader sebagai role model saja, melainkan dengan
menciptakan seorang pemimpin atau kader yang mampu mengatur orang-orang atau
pekerja yang disebut people manager. Karena leader sebagai people manager yang
sangat penting dalam perkembangan human capital juga agar tetap pada tujuan
organisasi yang efektif.
5. Menegakkan dan meningkatkan kepatuhan hukum.
Dalam mengembangkan human capital
bisa dilakukan dengan menegakkan dan meningkatkan kepatuhan hukum. Menegakkan
dan meningkatkan kepatuhan hukum diharapkan dapat menciptakan lingkungan
organisasi yang sesuai dengan visi organisasi tersebut sehingga human capital
dapat dikembangkan.(Danamik, 2012)
C.
PENDEKATAN
Pendekatannya meliputi:
a)
Menempatkan modal manusia sebagai aset dan pemeran
pokok yang unggul dalam menciptakan kinerja bisnis maksimum.
b)
Cara perhitungan dan pengelolaan modal manusia adalah
sama seperti yang dilakukan dalam pengelolaan modal finansial.
c)
Manajer perusahaan mampu belajar dari pengalamannya
untuk membuat keputusan-keputusan yang lebih baik secara progresif.(Marlina, 2012)
D. PERAN
Dave
Ulrich (1997) menjelaskan empat peran human capital dalam membangun organisasi
yang kuat, diantaranya :
•
Management of Strategic human resources
Strategi ini membahas tentang proses masa depan
Strategi ini membahas tentang proses masa depan
•
Management of Transformation and Change
Kegiatan utamanya adalah membawa organisasi kearah yang lebih produktif dengan tingkat keuntungan yang tumbuh secara berkesinambungan.
Kegiatan utamanya adalah membawa organisasi kearah yang lebih produktif dengan tingkat keuntungan yang tumbuh secara berkesinambungan.
•
Management of Firm Infrastructure
kegiatan pokoknya adalah melakukan suatu rekayasa ulang untuk menuju ke arah perbaikan organisasi
kegiatan pokoknya adalah melakukan suatu rekayasa ulang untuk menuju ke arah perbaikan organisasi
•
Management of Employee Contribution
merupakan suatu usaha untuk meningkatkan loyalitas kemampuan karyawan. (Liah, 2011)
merupakan suatu usaha untuk meningkatkan loyalitas kemampuan karyawan. (Liah, 2011)
E. KOMPONEN
Manusia adalah komponen yang sangat
penting di dalam proses inovasi. Manusia dengan segala kemampuannya bila
dikerahkan keseluruhannya akan menghasilkan kinerja yang luar biasa. Keenam
komponen modal manusia ini akan muncul dalam sebuah kinerja yang optimum
apabila disertai oleh modal kepemimpinan dan modal struktur organisasi yang
memberikan wahana kerja yang mendukung. Ada enam komponen dari modal manusia
menurut Ancok 2002 , yakni:
A. Modal intelektual
B. Modal
emosional
C. Modal
sosial
D. Modal
ketabahan
E. Modal
moral
F. Modal
kesehatan. (Danamik, 2012)
Perspektif
Modal Manusia
(Peretemuan
Ke – 2)
PandanganTradisional;
• Pengeluaranuntuk modal manusiadipertimbangkansebagaibiaya
• Fungsi HR diartikansebagai staff pendukung
• HR terlibatdalamperancangananggaran HR
• Ukuran modal manusiafokuspadabiayadanaktifitas
• Ukuran modal manusiadibuatdandiurusoleh HR sendiri
• Terdapatsedikitusahauntukmengerti ROI dari modal
manusia
• Pengukuran modal manusiafokuspada data yang ada
• Pengukuran modal manusiaberdasarkanpengukuran GE dan
IBM
• Program HR dilaksanakantanpakebutuhanbisnis yang
berhubungandengan program
• Laporankeseluruhandari
program danproyek modal manusiaberfokuspada input
PandanganSaatIni;
• Pengeluaranuntuk modal
manusiadipandangsebagaisumberdarinilai
• Fungsi HR diartikansebagai partner strategis
• Eksekutifatasmeningkatketerlibatannyadalammengalokasikananggaran
HR
• Ukuran modal manusiafokuspadahasil
• Eksekutifatasterlibatdalamdesaindanpenggunaanukuran
• Penggunaan ROI
menjadialatpentinguntukmemahamihubungansebab-akibat
• Pengukuran modal manusiafokuspada data yang dibutuhkan
• Pengukuran modal manusiaberdasarkanapa yang
dibutuhkandalamorganisasi
• Program HR dihubungkandengankebutuhanspesifikbisnissebelumdiimplementasikan
• Laporankeseluruhandari
program danproyek modal manusiaberfokuspada output
Akuntansi
Sumber Daya Manusia
(Pertemuan
Ke 3 – 4)
A. DEFINISI
Akuntansi
Sumber Daya Manusia telah didefinisikan oleh Komite Akuntansi Sumber Daya
Manusia dari American Accounting Association sebagai suatu proses identifikasi
dan pengukuran data mengenai sumber daya manusia serta pengkomunikasian
informasi ini ke pihak-pihak yang berkepentingan.
Dalam
pengertian harfiah, “akuntansi sumber daya manusia” berarti akuntansi untuk
manusia sebagai suatu sumber daya organisasional. Hal ini melibatkan pengukuran
biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan-perusahaan bisnis dan organisasi lainnya
untuk merekrut, menyeleksi, mempekerjakan, melatih dan mengembangkan aktiva
manusia. (Maryanti, 2011)
Human Resource
Accounting (HRA) adalah pencatatan manajemen dan pelaporan personnel cost
(Cashin dan Polimeni, 1981). Sedangkan menurut Accounting Association Committee
In Human Resource Accounting, HRA adalah proses pengindentifikasian dan
pengukuran data mengenai sumber daya manusia dan pengkomunikasian informasi ini
terhadap pihak-pihak yang berkepentingan. Dari definisi ini terkandung tiga
pengertian HRA, yaitu:
• Identifikasi nilai-nilai sumber daya
manusia
• Pengukuran kos dan nilai bagi
organisasi itu
• Penyelidikan mengenai dampak kognitif
dalam perilaku sebagai akibat dari informasi itu.
Menurut
Flamholtz (1968), HRA itu berarti akuntansi untuk manusia sebagai suatu
organisasi. Hal ini menyangkut biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk
merekrut, memilih, memperkerjakan, melatih dan mengembangkan aset SDM, serta
berhubungan dengan pengukuran nilai ekonomis dari pekerja atau pegawai suatu
organisasi atau perusahaan.
Human
Resource Accounting (HRA) yang dicetuskan oleh Likert (1967) bahwa keputusan
yang diambil oleh investor dan kreditor kadang-kadang keliru sebab mengabaikan
salah satu faktor yang penting yaitu sumber daya manusia. Saat ini, informasi
akuntansi konvensional belum mengungkapkan sumber daya manusia. Tujuan
menyajikan sumber daya manusia adalah untuk mengindentifikasi perubahan nilai
sumber daya manusia dengan demikian dapat diketahui sumber daya manusia di
perusahaan itu mengalami peningkatan atau penurunan nilai pada periode tertentu.
Menurut
Byars dan Rue (1997), Human resource dalam suatu organisasi menggambarkan suatu
investasi terbesar. Likert juga berpendapat bahwa Pengeluaran yang berkaitan
dengan sumber daya manusia lebih tepat dianggap sebagai investasi SDM. Sebab
pengeluaran terdiri atas kos untuk menarik, memilih, melatih, mengembangkan dan
mendayagunakan sumber daya manusia merupakan pengeluaran untuk pembentukan
human capital. Pengeluaran tersebut seharusnya dikapitalisasi agar manfaatnya
dapat diukur.(Masuri, 2012)
The
Americaan Accounting Assosiation’s Committee in Human Resource Accounting
(1973: 169) mendefinisikan akuntansi SDM sebagai the process of identifying and
measuring data about human resource and comunicating this information to
interested paertner (proses pengklasifikasian dan pengukuran data mengenai SDM
dan mengkomunikasikan informasi ini terhadap pihak-pihak yang berkepentingan).
Menurut
Flamholtz (1977): HRA means accounting for people as an organizational
resources (ASDM berarti akuntansi untuk manusia sebagai sumber dari suatu
organisasi). Demikian pula Cashin dan Polimeni (Tunggal, 1994: 3),
mendefinisikan ASDM sebagai the recording, management, and reporting of
personnel cost. (Izlahuzaman, 2008)
B. TUJUAN
Tujuan human resource accounting sebagai
berikut :
a.
Quantitative information (informasi
kuantitatif). Untuk menyediakan informasi kuantitatif atas sumber daya manusia
yang dimiliki perusahaan yang dapat digunakan oleh manajemen dan para investor
dalam membuat keputusan.
b.
Evaluation methods (metode evaluasi). Untuk
menyediakan metode evaluasi bagi utilisasi sumber daya manusia.
Theory and Model (teori dan model) untuk
menyediakan suatu teori dan variabel-variabel yang relevan untuk menjelaskan
nilai sumber daya manusia pada organisasi formal, mengidentifikasi
variabel-variabel yang relevan, dan mengembangkan sebuah model yang ideal bagi
manajemen sumber daya manusia.(
Tujuan utama akuntansi sumber daya
manusia adalah untuk berfungsi sebagai suatu sistem yang menyediakan pengukuran
atas biaya dan nilai dari manusia bagi suatu organisasi. Dari perspektif
manajerial, akuntansi sumber daya manusia dimaksudkan untuk membantu para
pengambil keputusan untuk menggunakan kalkulus biaya-nilai. (Maryanti, 2011)
C. FUNGSI
Menurut Flamholtz (1985) akuntansi sumber daya manusia
memberikan informasi yang diperlukan untuk memperoleh, mengembangkan,
mengalokasikan, menghemat, menggunakan, menilai dan memberi ganjaran kepada
sumber daya manusia. Akuntansi sumber daya manusia bermaksud sebagai suatu
kerangka kerja dan sekumpulan alat-alat, baik untuk profesional sumber daya
manusia, maupun untuk manajer senior.
Ringkasnya, ASDM
mempunyai 3 fungsi utama bagi profesional SDM, yaitu:
1. ASDM
berlaku sebagai suatu kerangka kerja untuk memudahkan pengambilan keputusan
SDM.
2. ASDM
memberi informasi numerikal tentang biaya dan nilai manusia sebagai sumber
daya.
3. ASDM
dapat memotivasi manajer lini mengadopsi perspektif SDM dalam keputusan mereka
untuk melibatkan manusia.
Investor juga informasi SDM selain para
manajer. Investor mempunyai kepentingan untuk mempengaruhi nilai aktiva suatu perusahaan.
dan mereka ingin mengetahui mengenai investasi organisasi dalam SDM. Informasi
ini akan membantu para investor untuk membuat keputusan dalam memperoleh,
mempertahankan, atau menjual saham-saham yang mereka miliki.
Manfaat yang sangat besar dari ASDM
ini adalah menyediakan informasi yang relevan untuk pengambilan keputusan
internal sehingga keputusan yang iambil tersebut efektif dan efisien. HRA pada
dasarnya terdiri dari Human Resource Value Accounting (HRVA) dan Human Resource
Cost Accounting (HRCA). HRVA, berkenaan dengan pengukuran nilai tenaga kerja
sebagai sumber daya ekonomi, dan HRCA didefinisikan sebagai pengukur dan
pelaporan biaya yang timbul untuk pencarian, pengembangan dan penggantian
tenaga sebagai sumber daya organisasi (Flamholtz, 1985: 567). (Islahuzaman, 2008)
D. ASUMSI-ASUMSI
Human resource
accounting memiliki 3 (tiga) asumsi dasar:
a.
People are valuable organizational
resources (karyawan adalah sumber daya organisasional yang berharga). Asumsi
pertama dari human resource accounting bahwa karyawan adalah sumber daya
perusahaan yang berharga. Mereka yang menyediakan pelayanan bagi masa kini dan
masa yang akan datang tapi mereka tidak dimiliki sebagaimana mesin dan bahan
baku. Investasi sumber daya dapat dilaporkan tanpa ownership. Sebagai contoh,
perusahaan dapat mengakumulasi acquisition cost dan development cost seperti
halnya replacement cost. Data human resource accounting dapat disajikan sebagai
supplementary material pada laporan eksternal konsep konvensional.
b.
Influence of management style (pengaruh
gaya manajemen). Asumsi kedua dari human resources accounting bahwa sumber daya
dapat dipengaruhi oleh cara perusahaan mengatur (managed). Beberapa perilaku
dan gaya manajemen mungkin meningkatkan motivasi karyawan dan meningkatkan produktivitas,
saat gaya manajemen lain mungkin menurunkan motivasi dan kemudian menurunkan
produktivitas.
Need
for human resources information (kebutuhan akan informasi sumber daya manusia).
Asumsi ketiga dari human resources accounting adalah bahwa informasi mengenai
human resources cost dan vulue adalah penting bagi manajemen karyawan sebagai
suatu sumber daya perusahaan yang efisien dan efektif. Human resource cost dan
value berguna dalam berbagai aspek dari proses manajemen sumber daya manusia,
termasuk perencanaan dan pengendalian akuisisi (plunning and control ef
ucquisition), pengembangan (development), komposisi (composition), konservasi
(conservation), pemanfaatan tenaga kerja (utilization of people). Dalam hal
ini, HRA dimaksudkan sebagai suatu komponen dari sistem informasi akuntansi
manajerial. (
E. KONSEP-KONSEP BIAYA SDM
Menurut
Flamholtz (1985) biaya SDM merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mendapatkan
atau untuk mengganti karyawan. Konsep akuntansi konvensional mengenai biaya
perolehan (acquisition cost) mempunyai kaitan dengan akuntansi SDM. Acquisition
cost terdiri dari:
a. Biaya
orisinal dari SDM
Biaya ini merupakan pengorbanan yang terjadi untuk
memperoleh dan mengembangkan manusia. Biaya orisinil dari SDM secara tipical
termasuk biaya-biaya rekrutmen, atau pengarahan, seleksi, penerimaan (hiring),
penempatan, orientasi, dan pelatihan di tempat kerja (on the job training).
Beberapa biaya yang disebut di atas merupakan biaya langsung (direct cost) dan
biaya tidak langsung (indirect cost).
b. Biaya
pengganti (replacement cost) dari SDM.
Biaya ini merupakan pengorbanan yang harus terjadi
saat sekarang untuk menggantikan SDM yang sedang dipekerjakan. Replecement cost
secara tipical termasuk biaya yang disebabkan oleh perputaran karyawan
sekarang, dan juga biaya untuk mendapatkan dan mengembangkan suatu penggantian.
Saat ini manajer SDM berpikir untuk menggantikan manusia yang berkaitan dengan
peranan khusus, dari pada untuk menggantikan manusia secara keseluruhan. (Islahuzaman, 2008)
F. METODE PENGUKURAN
Akuntansi SDM terdiri dari, yaitu:
a)
Human Resource Cost Accounting (HRCA)
Metode pengukuran;
·
Historical Cost, sumber-sumber yang
dikeluarkan dalam rangka memperoleh dan mengembangkan tenaga kerja. Seperti;
mencakup biaya recruitment, hiring, placement
·
Replacement Cost, mencakup semua biaya
yang dikeluarkan perusahaan. Seperti; untuk mengganti SDM, biaya menunggu,
biaya menggantikan pegawai yang lama
b)
Human Resource Value Accounting (HRVA)
Metode
pemgukuran;
·
Metode Monetary, untuk menyediakan
sebuah cara untuk pengukuran dua dimensi dari harga perseorangan disebuah
organisasi perusahaan. Metode ini terbagi menjadi:
-
Current Cost Model, menghitung nilai
manusia berdasarkan nilai yang sekarang
-
Opportunity Cost Model, mengatasi
keterbatasan replacement cost method.
·
Metode Non Monetary, mempunyai kegunaan:
-Inventerisasi
keterampilan dan kemampuan orang
-Rating/rangking
hasil kerja karyawan
-Pengukuran
mengenai sikap atau tingkah laku
Investasi
Modal Manusia
(Peretemuan
Ke – 5)
Investasi pada bidang sumber daya
manusia adalah pengorbanan sejumlah dana (sesuatu yang
dapat diukur dengan nilai uang) yang dikeluarkan dan kesempatan memperoleh
penghasilan selama proses investasi. Penghasilan yang diperoleh pada masa akan
datang adalah tingkat penghasilan yang lebih tinggi untuk mampu mencapai
tingkat konsumsi yang lebih tinggi pula. Investasi yang demikian disebut human
capital. (Alimuhi, 2011)
Sumberdaya
manusia merupakan salah satu faktor penting dalam pengembangan ekonomi. SDM
memang merupakan suatu modal bagi perusahaan, tetapi bukan sekedar modal, akan tetapi
merupakan investasi dan aset yang paling berharga bagi organisasi atau
perusahaan.Peran SDM sebagai salah satu aspek pembangunan ekonomi suatu negara
tidak akan bermakna tanpa diimbangi oleh kapasistas SDM yang memadai sesuai
dengan kondisi lingkungan yang ada.(Anonim,
2011)
Harapan terhadap hasil investasi
modaldalam diri manusia dicatat sebagai level yang lebih tinggi dalam
pendapatan, kemampuan bekerja selama hidup dan apresiasi yang lebih tinggi
dalam aktivitas non pasar dan keterkaitannya. Umumnya dalam membicarakan hasil
investasi modal manusia tersebut dibagi dalam tiga kategori (Sumarsono, S.,
2003) sebagai berikut:
1. Diluar suku bunga atau biaya langsung, meliputi biaya pendidikan, buku-buku,perpindahan
(migrasi) dan transportasi waktu mencari pekerjaan.
2.Oportunity cost pengadaan sumber-sumber yang merupakan faktor harga lain,
karena selama periode investasi biasanya tidak mungkin melakukan pekerjaan.
3. Adanya korban perasaan yang dihitung satuan harga tertentu, sebab
pendidikan merupakan suatu halyang sulit dan membosankanserta memerlukan
penyesuaian. Demikian pula migrasi berarti mengucapkan selamat tinggal pada
sanak keluarga dan teman. (Alimuhi,
2011)
Human
Resource Value Added Measure
(Peretemuan
Ke – 6)
Rancangan ukuran human capital
diharapkan dapat memberikan data- data baru dan mampu menunjukkan hasil dengan
akurat. Selama ini, jarang sekali dilakukan penilaian dampak dari progran human
capital. Organisasi bisnis dapat menilai human capital dari aspek satuan
standar akuntasi dalam income statement dan balance sheet, selain itu juga
melalui ROI (return of investment). Dalam hal ini pengukuran ROI ditujukan
untuk mengukur kinerja personil, sistem data dan informasi yang saling
mendukung untuk menghasilkan profitabilitas.
Terdapat tiga tingkatan yang harus
diperhatikan dalam menetapkan ukuran dan agar human capital dapat diukur yaitu
:
a. Tahap pertama, menyesuaikan human capital dengan tujuan perusahaan yang
telah ditetapkan. Sehingga human capital yang didapat sesuai dengan yang
dibutuhkan oleh perusahaan. Tujuan ini meliputi strategi keuangan, pelanggan
dan tujuan SDM.
b. Unit bisnis, dalam tahapan ini mengamati perubahan dalam layanan tingkat
menengah, kualitas dan hasil-hasil produktif. Pengukuran merupakan hal yang fundamental
untuk mengetahui nilai dan perkembangan perusahaan. Tujuan dari rangkaian
seluruh kegiatan bisnis adalah meningkatkan kualitas, produktivitas, seluruh
perubahan yang diukur dengan beberapa kombinasi dari biaya, waktu, volume,
kesalahan dan tindakan-tindakan manusia.
c. Manajemen human resources berdampak pada manajemen human capital yang
meliputi perencanaan, perekrutan, kompensasi pengembangan dan mempertahankan
human capital perusahaan. (Danamik, 2012)
Terdapat beberapa macam cara Pengukuran HC, antara
lain :
1. Pengukuran Dampak Human capital Terhadap Proses.
Organisasi merupakan kumpulan dari proses. Proses
berlangsung dalam unit bisnis. Ekonomi value added merupakan ukuran terbaik
untuk proses. Ukuran dampak human capital terhadap proses ini memberikan 5
point nilai tambah yaitu :
a. Setting requirement Setiap proses membutuhkan pengaturan-pengaturan
tertentu, dimana pengaturan tersebut disesuaikan dengan visi, misi, serta
tujuan perusahaan.
b. Interference from outside the process, melalui partnerisasi dengan unit
lain yang memberi dampak pada proses, maka proses akan berjalan tepat waktu dan
memberikan hasil yang terbaik. (contoh: seorang tenaga kesehatan perlu
berhubungan dengan unit lain misalnya administrasi pada kelurahan. Dimana dengan
adanya partnerisasi lintas sektor ini dapat membantu tenaga kesehatan untuk
memperoleh data tentang masyarakat)
c. Proses yang ditujukan pada perorangan, melalui training(pelatihan),
komunikasi, pengawasan, dan insentif. Hal tersebut dibutuhkan untuk membantu
kinerja seseorang pada tingkat yang diharapkan.
d. Feedback, informasi yang akurat dapat menurunkan kesalahan dan
mempersingkat waktu untuk membetulkan deviasi dari tingkatan tertentu.
e. Konsekuensi dengan memberikan penghargan atau tindakan-tindakan koreksi
pada kebiasaan dan waktu yang benar
2. Pengukuran Dampak Human capital Terhadap Hasil.
Ukuran yang terfokus pada hasil, yang diukur dari
peningkatan kinerja yang dapat mengarah pada investasi dalam aset bisnis
misalnya ROI (return on investment) dan program training yaitu:
a. Hasil unit bisnis, yang terdiri dari kinerja organisasi, yaitu kinerja
finansial tradisional seperti economis value added (EVA), pertumbuhan
penjualan, pangsa pasar dan kinerja saham.
b. Faktor pendorong kinerja utama yang secara langsung berkontribusi
terhadap unit bisnis/hasil di perusahaan seperti : produktivitas, kualitas,
inovasi dan kepuasan konsumen yang dicantumkan dalam balanced scorecard.
c. Kapabilitas human capital yang diukur dari :
- Kualitas manusia dalam mencapai hasil-hasil
bisnis kritis seperti workforce proficiency
- Adaptasi keterikatan kerja dan tenaga kerja.
d. Proses pengembangan human capital yang hasilnya berupa kemampuan human
capital, sumber daya dan operasi. Termasuk dalam evaluasi ini adalah proses
kinerja dan proses human capital yang lebih luas seperti layanan pembelajaran
dan manajemen pengetahuan.
3. Pengukuran Aspek Financial Human capital Manajemen.
Ukuran finansial human capital terdiri atas ukuran
Return On Investment (ROI). ROI dalam human capital menurut Fitz-End (1999)
dapat dilihat dari :
a)
Revenue per Employee
Rasio antara
SDM dan finansial diukur dengan revenue per employee. Ukuran ini mengukur
bagaimana karyawan dapat memberikan kontribusi finansial berupa jumlah
penjualan terhadap atau bagaimana tenaga edukatif dan tenaga administratif
memberi kontribusi terhadap tujuan perusahaan.
b)
Human capital Revenue Factor ( HCRF)
Hal ini
merupakan ukuran dasar dari produktivitas manusia dengan menganalisis berapa
banyak waktu yang diperlukan untuk menghasilkan sejumlah penjualan. Penerapan
di bidang kesehatan dilihat dari berapa banyak waktu yg dibutuhkan untuk
melakukan survei penduduk dalam suatu periode tertentu, dan menghasilkan
penelitian ilmiah dibidang kesehatan.
c)
Human Economic Value Added (HEVA)
Tujuan dari
ukuran ini adalah untuk menentukan bahwa tindakan manajerial telah menambah
nilai ekonomis, bukan hanya laporan keuangan yang diberikan secara umum. HEVA
merupakan turunan dari EVA (Economic value added) yaitu:
Dalam
perhitungan HEVA, melibatkan aspek SDM, yakni berapa banyak jam kerja penuh
(full time) yang telah dilakukan oleh karyawan yang dapat menghasilkan laba
bersih setelah cost of capital. HEVA dihitung dengan cara :
Semakin tinggi nilai HEVA maka semakin tinggi
keuntungan yang dihasilkan oleh karyawan. Hal ini berati bahwa secara
finansial, pelaksanaan program human capital manajemen baik.
4. Human Capital cost of Factor (HCCF).
Dalam menghitung besaran HCCF ini maka perlu diketahui konsep- konsep
mengenai cost of capital. Terdapat empat Prinsip Cost Of capital yaitu :
1. Pay and benefit cost for employees
2. Pay cost for contingent
3. The cost of absteeism
4. The cost of turnover
Dari prinsip diatas, pay diartikan
sebagai pembayaran kompensasi tunai yang sedang berjalan (current) dan tidak
termasuk pembayaran kompensasi jangka panjang. Benefit cost adalah sejumlah
uang yang dibayarkan sebagai biaya oleh perusahaan untuk mendapatkan
jasa-jasa/manfaat dari karyawan. Absteeism, merupakan biaya perusahaan untuk
karyawan tidak mengerjakan tugas yang diberikan. turnover, merupakan biaya yang
dikeluarkan oleh perusahaan termasuk pemberhentian karyawan dan biaya
penempatan. Keuntungan dan kerugian yang berada dalam kurva pembelajaran
produktivitas (learning curve productivity), adalah Kombinasi dari biaya
kompensasai tunai (pay), benefit cost, opportunity cost (contingent), absense
dan perputaran karyawan merupakan total cost of human capital dalam organisasi.
maka HCCF dapat dirumuskan menjadi :
Berdasarkan persamaan tersebut, apabila
nilai HCCF yang diperoleh tinggi, maka program human capital yang dilakukan
buruk, karena karyawan tidak mampu memberikan hasil yang terbaik dan memberikan
pengeluaran yang tinggi.
5. Human capital value added (HCVA).
Human capital value added diperoleh dari rasio
pengurangan penjualan dengan total pengeluaran dan kompensasi dan benefit cost
per jumlah waktu kerja penuh yang diberikan oleh karyawan. Ukuran ini
dirumuskan dengan :
Berdasarkan rasio diatas, maka apabila rasio ini
tinggi, maka pelaksanaan program human capital yang dilakukan baik, hal ini
berarti, setiap jam kerja penuh karyawan dapat memberikan kontribusi terhadap
penjualan setelah dikurangi kompensasi dan benefit cost.
6. Human Capital Return on Investment (HCROI).
Ukuran ini diperoleh dengan membandingkan penjualan
yang telah dilakukan dikurangi total biaya, kompensasi dan benefit cost
terhadap pembayaran kompensasai (pay) dan cost benefit. Ukuran ini dirumuskan
menjadi ;
Berdasarkan rumusan diatas, nilai rasio ini berarti
kemampuan perusahaan/lembaga untuk menutupi pengeluaran, biaya kompensasi dan
benefit cost.
7. Human Capital Market Value (HCMV)
Ukuran ini diperoleh dari membandingkan selisih nilai
pasar aktiva dengan nilai terhadap jam kerja penuh karyawan. Ukuran ini dirumuskan
menjadi :
Pengukuran keberhasilan program human capital misalnya
training dapat diamati dari dampaknya terhadap :
1. Kemampuan mengoperasikan mesin/layanan baik
individu maupun kelompok
2. Kemampuan karyawan menunjukkan kualitas kerjanya
3. Seberapa cepat produk baru di pasarkan
4. Produktivitas tenaga kerja
4. Ukuran Accenture Human capital Development
Framework
Ukuran ini memungkinkan organisasi untuk mendiagnosa
kekuatan dan kelemahan dalam proses kunci human capital, prioritas investasi,
perkembangan kinerja dan evaluasi seluruh dampak investasi dalam bisnis. Untuk
mendapatkan kinerja organisasi yang tinggi maka setiap institusi tergantung
pada tiga hal yaitu manusia, proses, dan teknologi. Hal yang paling penting
adalah manusia, karena manusia memiliki karakteristik serta kapasitas. Prinsip
pengukuran human capital menurut Acecenture HC Development adalah :
a. Penekanan pada investasi untuk meningkatkan nilai individu dan tenaga
kerja pada umumnya.
b. Meliti kembali apakah organisasi telah menetapkan visi yang jelas dan
disebarkan (seperti misi, visi, nilai inti, tujuan dan strategi)
5. Ukuran Human capital Assesment and Accountability
Framework (HCAAF)
Menurut pendapat ini, human capital system generally
means the related set of policies and practices that an agency uses to
accomplish some aspect of human capital management. Dalam pengertian ini,
sistem human capital berhubungan dengan rangkaian kebijakan dan praktik yang
digunakan oleh organisasi untuk menyukseskan program human capital.
Prinsip-prinsip sistem layanan tersebut pada intinya meliputi perencanaan
penyusunan tujuan, penerapan dan evaluasi. Kelima sistem tersebut adalah :
a. Strategic
Alignment (Planning and Goal-Setting)
b.
Leadership and Knowledge Management (Implementation)
c.
Results-Oriented Performance Culture (Implementation)
d. Talent
Management (Implementation)
e. Accountability
(Evaluating Results). (Danamik, 2012)
Manajemen
Bakat (Talent Management Overview)
(Peretemuan
Ke – 7)
A. PENGERTIAN
Talent management atau manajemen bakat
adalah suatu proses manajemenSDMterkait
tiga proses. Pertama, mengembangkan dan memperkuat karyawan baru pada proses
pertama kali masuk perusahaan (onboarding). Kedua, memelihara dan mengembangkan
pegawai yang sudah ada di perusahaan. Ketiga, menarik sebanyak mungkn pegawai
yang memiliki kompetensi, komitmen dan karakter bekerja pada perusahaan. (Wikipedia, 13 Maret 2014.)
Sedangkan
talent dalam konteks karyawan berbakat didefinisikan sebagai kemampuan
seseorang yang meliputi kelebihan fundamental, keterampilan, pengetahuan,
pengalaman, kecerdasan, pengambilan keputusan, sikap, karakter, dorongan, serta
kemampuan untuk belajar dan berkembang. (Michael, et al. 2001).
Buckingham
dan Clifton (2001) yang dikutip oleh Piansoongnern (2010) menyatakan
bahwa talent adalah sesuatu yang bersifat alamiah yang dimiliki oleh
seseorang, sedangkan keterampilan dan pengetahuan merupakan sesuatu yang bisa
diperoleh dari luar. Sehingga ketika bakat yang sudah dimiliki seseorang
ditunjang dengan pengetahuan dan keterampilan yang memadai, hal itu akan menjadi
kekuatan bagi diri seseorang. Talenta yang dimiliki adalah modal untuk
memperoleh keterampilan.
Seseorang
yang memiliki talenta memiliki kemampuan untuk menghadapi perubahanperubahan
yang akan terjadi di masa kini dan mendatang (Morton, 2004).
Tansley,
et al (2006) juga menyatakan bahwa talent dapat dianggap sebagai
kombinasi kompleks dari keterampilan karyawan, aspek kognitif serta potensi
atau keunggulan dari dalam dirinya. Manajemen talenta menempatkan pegawai yang
memiliki kinerja tinggi pada posisi kunci organisasi.
Lewis dan
Heckman (2006) mendifinisikan manajemen talenta sebagai sebuah proses secara
keseluruhan mulai dari rekrutmen, penempatan, sampai pengembangan dan
perencanaan untuk suksesi pegawai.
Royani
(2007) yang dikutip oleh Musthafa (2008) menjelaskan talent adalah
alat yang dianugerahkan Tuhan kepada semua manusia untuk menjadi hebat (berprestasi
atau berkinerja tinggi). (Coralt, 2012)
B. TUJUAN
Menurut Smilansky (2008) tujuan dari manajemen talenta
adalah:
1. Untuk mengembangkan tim unggulan yang terbaik
dalam kondisi bisnis yang penuh persaingan.
2. Untuk memperoleh calon pengganti untuk posisi kunci
eksekutif.
3. Untuk memungkinkan adanya saling pengisian
antareksekutif dari berbagai latar belakang fungsional, geografis, dan bisnis,
sehingga dapat mengembangkan inovasi dan memanfaatkan sebaik mungkin sumber
daya internal yang ada dalam perusahaan.
4. Untuk mengembangkan peluang-peluang karir yang
diperlukan, yang dapat mempertahankan dan menarik eksekutif terbaik.
5. Untuk membangun budaya yang mampu mendorong
eksekutif terbaik menunjukkan kinerjanya di puncak potensinya.
6. Untuk memastikan adanya peluang-peluang bagi
karyawan yang paling bertalenta untuk dapat meningkat dengan cepat dari tingkat
bawah perusahaan menuju tingkat atas.
7. Agar dapat mempromosikan adanya keragaman
eksekutif (berdasarkan jenis kelamin, latar belakang etnis, dan usia)
dalam posisi kunci, yang mencerminkan karakteristik pelanggan dan kelompok
talenta yang luas.
8. Untuk dapat menyusun proses asesmen karyawan
berpotensi yang hasilnya melebihi perspektif manajer karyawan tersebut.
9. Untuk membangun rasa memiliki perlunya karyawan
bertalenta baik, membuka peluang yang tidak terbatas bagi karyawan yang
istimewa, dan mengembangkan karyawan untuk kepentingan perusahaan. Dengan ragam
tujuan pelaksanaan manajemen talenta, kunci dari manajemen talenta adalah
upaya untuk memahami bagaimana manajemen talenta cocok dan selaras dengan
keseluruhan upaya serta 13 fungsi SDM untuk meningkatkan kinerja perusahaan
ataupun organisasi.(Coralt, 2012)
C. EVOLUSI
Untuk memahami mengapa manajemen talenta telah menjadi
bidang yang begitu penting, maka pertama-tama kita harus melihat evolusi
manajemen SDM dalam organisasi, yakni:
Tahap 1: Departemen Personalia
Pada era tahun 1970-an dan 1980-an fungsi bisnis
yang bertanggung jawab dalam mengelola sumber daya manusia (SDM) dalam
organisasi sering disebut dengan istilah departemen atau divisi
personalia. Peran departemen ini adalah untuk merekrut dan mempekerjakan orang,
menggaji mereka, dan memastikan bahwa mereka memiliki manfaat yang diperlukan.
Kegiatan utama dari fungsi departemen ini adalah mengelola sistem
penggajian, sehingga fungsi bisnis dari departemen ini lebih mudah
dipahami dengan baik.
Tahap 2: HR Strategik
Pada periode selanjutnya, yakni diantara periode
1980-an dan 1990-an organisasi semakin menyadari bahwa fungsi SDM semakin
penting, sehingga muncullah konsep “HR Strategik”. Dalam periode ini
organisasi menyadari bahwa posisi Vice President Human Resource (VP
HR) memiliki peran yang jauh lebih besar, terutama dalam hal merekrut orang
yang tepat, melatih mereka, menyusun desain dan struktur organisasi,
mengembangkan paket kompensasi menyeluruh dan terpadu, termasuk
menghitung pembagian saham dan bonus, serta melaksakan fungsi komunikasi
dan pelayanan untuk kesehatan dan kesejahteraan bagi para pekerja.
Fungsi kepala personalia kemudian mengeser
menjadi VP HR yang memiliki peran yang lebih luas dan
penting dalam menjalankan strategi bisnis dan eksekusi. Sistem yang
dibangun untuk mendukung peran baru ini mencakup rekrutmen dan menetapkan
persyaratan kerja, mengembangkan sistem kompensasi menyeluruh dan terpadu,
serta mengembangkan sistem manajemen pelatihan dan pengembangan karir para
pekerja. Dalam menjalankan fungsi dan peran manajemen ini, departemen SDM
kini lebih berfungsi menjadi mitra bisnis organisasi.
Tahap 3: Era Manajemen Talenta
Dewasa ini manajemen SDM tengah memasuki babak
baru, dengan munculnya istilah manajemen talenta (talent management),
yang dilatar-belakangi oleh isu dan fenomena yang berkembang, yakni:
- Bagaimana merekrut SDM secara lebih efektif
dan efisien yang berbasis-kompetensi;
- Bagaimana cara mengembangkan pemimpin untuk
memperkuat budaya, menanamkan nilai-nilai, dan menciptakan susksesi
kepemimpinan berkelanjutan;
- Bagaimana kesenjangan kompetensi dapat
diidentifikasi dengan cepat sehingga organisasi dapat memberikan
pelatihan, e-learning, atau mengembangkan program untuk mengisi
kesenjangan tersebut;
- Bagaimana kita dapat mempekerjakan
orang-orang yang tepat;
- Bagaimana cara mengelola para pekerja dengan
konsisten dan terukur sehingga setiap pekerja diperlakukan adil,
bertanggung jawab, digaji dan dihargai secara sepadan;
- Bagaimana cara mengidentifikasi pekerja
berkinerja tinggi sebagai kader penerus untuk menduduki posisi kunci di
seluruh organisasi, dan untuk memastikan bahwa organisasi bersikap
fleksibel dan responsif dalam menanggapi kebutuhan para pekerja; dan
- Bagaimana organisasi dapat memberikan
pembelajaran yang lebih relevan, fleksibel, nyaman, dan tepat waktu.(Afiff, 2013)
D.
PROSES
Talent
manajement itu terkait paling tidak dengan tiga (3) proses yaitu;
1) Mengembangkan dan memperkuat karyawan yang baru masuk. Saat proses
karyawan pertama kali masuk perusahaan (onboarding). Ini bisa berhubungan
dengan seleksi, kebutuhan, kemampuan individu dan sinergi antara ability dan job description yang diharapkan.
Juga termasuk masa-masa orientasi.
2) Memelihara dan mengembangkan pegawai yang sudah ada di perusahaan.
3) Menarik sebanyak mungkin pegawai yang memiliki kompetensi, komitmen
dan karakter bekerja pada perusahaan. (
2013)
REFRENSI
Afiff, Faisal. 2013. “Manajemen Talenta [Bagian 1]”,
(online), (http://sbm.binus.ac.id/2013/08/01/manajemen-talenta-bagian-1/, diakses 02 November 2014).
Anonim. 2011. “INVESTASI SDM”, (online), (http://klik-ekonomi.blogspot.com/2011/05/membangun-investasi-daerah.html, diakses 02 November 2014).
Alimuhi.
2011. “ANALISIS INVESTASI MODAL MANUSIA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN DAN
PELATIHAN”, (download), (http://alimuhi.staff.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2011/04/INVESTASI-MODAL-MANUSIA-jurnal.2010.pdf,
diakses 02 November 2014).
Coralt,
Mariyanti. 2012. ”Talent Management”,
(onilne), (http://marcoralt.blogspot.com/2012/11/talent-management.html,
diakses 02 November
2014).
Danamik,
Erikson. 2012. “Pengertian Human Capital Menurut Para Ahli”, (online), (http://xondis.blogspot.com/2014/06/pengertian-human-capital-menurut-para.html, diakses 02 November 2014).
.
2013. “Talent Management (Manajemen Bakat)”, (online),
(http://dhienzzworld.wordpress.com/2013/04/14/talent-management-manajemen-bakat/, diakses 02 November 2014).
Fenaro.
2013. ”Dasar-dasar Akuntansi Sumber Daya Manusia”, (online), (http://akuntansi.fenaro.narotama.ac.id/?p=231, diakses 2
November 2014)
Izlahuzaman.
2008. Akuntansi Sumber Daya Manusia, (download). Volume 8. No 1. Diakses pada 2
November 2014.
Liah.
2011. “PENGERTIAN HUMAN CAPITAL MANAJEMEN”, (online), (http://wwwjankunk-liah.blogspot.com/2011/04/pengertian-human-capital-manajemen.html, diakses 02 November 2014).
Maryanti,
dwier. 2011. “AKUNTANSI SUMBER DAYA MANUSIA”, (online), (http://dwiermayanti.wordpress.com/2011/05/31/akuntansi-sumber-daya-manusia/, diakses pada 2
November 2014).
Marlina,Winny
Alna. 2012.“Human Capital”, (online), (http://winnyalnamarlina.blogspot.com/2012/04/human-capital.html, diakses 02 November 2014).
Masuri, Mila. 2012. “Akuntansi
Sumber Daya Manusia,
(online), (http://milamashuri.wordpress.com/seminar-akuntansi/akuntansi-sumber-daya-manusia/, diakses pada 2 November 2014).